Pages

Rabu, 17 Desember 2014

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR

       Ditinjau dari prestasi belajar merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan siswa. Kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi belajar meupakan hasil dari belajar. Menurut Prawoto (1999:78) bahwa: “prestasi artinya hasil yang dicapai secara maksimal dalam proses belajar siswa yang dimulai dari awal pembelajaran sampai akhir kegiatan evaluasi”.
Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu:
            1.      Factor Internal
a.    Intelegensi.
Faktor kecerdasan (intelegensi) mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap prestasi belajar siswa, yang merupakan kecakan untuk menghadapi, melihat dan menyesuaikan dan kesanggupan untuk mempelajari bahan-bahan yang abstrak, akademis, verbal, serta mampu menyesuaikan diri dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif.
Mengenai hal ini Koestur Partowisastro (2006:22) menjelaskan bahwa: Awal dari perkembangan intelegensi terjadi dalam lingkungan rumah tangga, dan setelah anakbersekolahpun pengaruh lingkungan keluarga masih sangat besar, bahkan kadang-kadang apa yang didapati anak di rumah lebih besar pengaruhnya dari pada yang diperoleh di sekolah. Penbgaruh lingkungan yang kurang menguntungkan amat besar pengaruhnya terhadap perkembangan intelegensi anak.
Selanjutnya Rochman Barawijady (2009:3) menjelaskan tentang faktor intelegensi yaitu:
Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan anak kelihatannya faktor intelegensi merupakan faktor yang terpenting. Intelegensi yang tinggi mempercepat perkembangan, sedangkan intelegensi yang rendah mengakibatkan keterlambatan atau keterbelakangan perkembangan.

Bedasarkan dua kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa intelegensi anak menentukan mampu atau tidaknya anak berprestasi secara baik di sekolah.Disamping itu, intelegensi sangat dipengaruhi oleh keadaan kehidupan dalam keluarga. Oleh karena itu kehidupan sebuah keluarga yang dipengaruhi atau diwarnai dengan nilai-nilai pendidikan akan memberikan dampak yang positif bagi peningkatan kemampuan intelegensi dan prestasi anak.
b.    Bakat.
Bakat atau aptitude adalah kondisi di dalam diri seseorang yang memungkinkan dengan suatu latihan mencapai kecekapan.Pengetahuan dan ketrampilan juga merupakan salah satu aspek kualitas yang dimilikinya orang.Unsur-unsur bakat ini berbeda dibawa oleh individu sejak lahir. Ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Prawoto (2008:45):
Bakat adalah dasar kepandaian, sifat bawaan dari lahir, unsur-unsur bakat ini berbeda tiap-tiap individu, karena latar belakang keluarga dan lingkungan social belajar siswa.Bakat juga merupakan salah satu factor yang menentukan keberhasilan belajar siswa.Bakat dipengaruhi oleh factor genetika.Dengan demikian bakat telah ada dalam diri seseorang sejak dia lahir, bakat merupakan kemampuan mental.
Secara statistik kemampuan mental itu akan menurun dalam suatu garis keluarga maka bakat adalah kemampuan individu untuk melakukan suatu tugas yang sedikit sekali tergantung kepada latihan mengenai hal tersebut. Bedasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa bakat merupakan anugrah Tuhan kepada seseorang yang berbeda antara suatu dengan yang lainnya.Pada umumnya bakat itu perlu dipupuk dan dikembangkan oleh setiap individu yang ada agar lebih baik dan terarah dalam penggunaanya.
c.    Motivasi
Motivasi merupakan dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan suatu tindakan dalam mencapai suatu tujuan. Sebagai mana dikemukakan oleh Gunarsa (1989: 90) sebagai berikut: “motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang datang dari dalam diri maupun luar diri seseorang yang menyebabkan ia berbuat dan perbuatan tersebut diarahkan pada tujuan yang ingin dicapai.
Lemah atau kuatnya mottivasi seseorang sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu usaha yang dilakukan, termasuk belajar.Keberhasilan dalam motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang.Apabila motivasi belajar itu kuat pada diri seseorang, maka semangat belajar tinggi.sebaliknya apabila motivasi itu lemah pada diri seseorang maka ssemagat belajarnnya pun rendah.
Apa yang menyebabkan motivasi belajar seseorang itu kuat atau lemah ?hal ini sangat dipengaruhi oleh beberapa komponen sebagaimana yang dikemukakan oleh Rocman B (1989: 57) sebagai berikut:
·         Adanya sikap ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia luas ini.
·         Adanya sikap yang kreatif pada manusia dan kenginan untuk selalu maju.
·         Adanya kenginan untuk mendapat simpati dari orang tua, guru dan teman-teman.
·         Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru.
·         Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pengajaran.
Dari kutipan di atas jelas bahwa motivasi belajar itu timbul karena adanya kenginan-keinginan dari seseorang atau individu yang belajar.Tinggi atau rendahnya kader dari kenginan-keinginan itu mencerminkan tinggi atau rendahnya motivasi yang timbul pada dirinya untuk belajar.Akibat adanya motivasi dalam belajar mengakibatkan perbedaan-perbedaan prestasi belajarnya dicapai oleh seseorang atau individu.Dengan demikian motivasi adalah suatu factor yang mempengaruhi belajar siswa.
d.    Minat
Faktor minat juga menentukan keberhasilan dalam proses  belajar mengajar karena minat seseorang terhadap apa yang dipelajri memungkinkan ia dapat berkonsentrasi dalam belajar. Gunarsa (1989: 96) mengemukakan bahwa: Minat adalah gejala tertarik pada sesuatu yang selanjutnya minat seseorang akan mencerminkan tujuannya. Minat selain memungkinkan pemusatan pemikiran , juga akan menimbulkan kegimbaraan dalam usaha belajar. Kegembiraan hati akan memperbesar daya kemampuan belajar seseorang dan juga membantunya untuk tidak mudah melupakan apa yang dipelajarinya. Belajar dengan perasaan yang tidak gembira akan membuat pelajaran itu terasa berat.
Pada umumnya seseorang tidak berminat mempelajari sesuatu pengetahuan karena tidak mengetahui faedahnya.Suatu mata pelajaran dapat dipelajari dengan baik apabila orang tersebut dapat memusatkan perhatiaanya terhadap pelajaran itu.

e.    Kesehatan
Kesehatan merupakan modul dasar bagi seseorang anak untuk dapat belajar dengan baik.Seorang anak yang kesehatannya terganggu tentu saja tidak dapat memusatkan perhatinnya secara baik terhadap pelajaran yang diberikan oleh gurunya.Yang akhirnya dapat mempengaruhi prestasi belajar.
Diantara berbagai unsur kesehatan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah factor penglihatan dan pendengaran, sebagaimana yang dikemukakan oleh Koestoer Prawoto (1999:127) sebagai berikut: adanya gangguan penglihatan/pendengaran tidak diketahui oleh gurunya, disamping itu anak yang mengalaminya pun sering kali tidak menyampaikannya. Padahal gangguan indra ini (lebih-lebih gangguan penglihatan) dapat menimbulkan gejala-gejala terus menerus seperti sakit kepala, kurang konstrasi dan lain-lain, semua itu merugikan proses belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gangguan kesehatan dapat mempengaruhi kelancaran studi seorang siswa tidak dapat berkonstrasi dengan baik terhadap pelajaran yang dipelajarinya.Lebih-lebih bila gangguan itu terjadi pada mata dan telinga yang merupakan alat penghubung utama seorang manusia dengan lingkugannya. Gangguan pada mata dan telinga dapat menyebabkan kurang lancernya penerimaan informasi dari luar, yang akhirnya akan member pengaruh yang buruk terhadap prestasi belajarnya. Begitu juga bila terjadi pada gangguan fisik akan menimbulkan ejekan dari siswa yang lainnya.
             2.      Faktor Eksternal
Pada faktor eksternal adalah bentuk/hal-hal atau situsi di luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar seseorang atau siswa. Faktor-faktor ini kadang-kadang tidak secara langsung mempengaruhi akan tetapi terlebih dahulu terjadi reaksi terhadap faktor-faktor dalam diri seorang siswa. Setelah itu baru terasa pengaruhnya terhadap proses dan prestasi belajar yang ditekuninya. Faktor ekternal ini adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa antara lain dapat berasal orang tua dan masyarakat.
a.       Orang Tua
Orang tua merupakan orang yang pertama bagi seorang siswa dalam memperoleh pendidikan sebelum ia memperolehnya dari orang lain. Dengan demikian orang tua sangat diharapkan perannya dalam membimbing dan mengarahkan anak kedalam dunia pendidikan. Rochman B (1989:125 ) mengatakan bahwa:
“sudah merupakan hukum yang mutlak bahwa orang tua mempunyai kewajiban anak-anaknya. Hokum ini tidak dapat dibantah, sebab lahirnya anak karena perbuatan orang tuanya.Sepanjang sejarah manusia belum pernah ada anak yang minta dilahirkan.Karena perbuatan itu dilakukan dengan kesadaran, maka sebagai akibat logis perbuatan itu harus dipertanggung jawabkan”.
Dalam kenyataan sehari-hari sering ditemui orang tua yang sangat bertanggung jawab terhadap pendidikan dan masa depan anak-anaknya. Namun demikian orang tua tidak boleh member pengaruh yang buruk bagi anak-anak atau target yang tidak mungkin direalisasi oleh mereka.
b.      Sekolah
Sekolah sebagai lingkungan belajar untuk mendapatkan pendidikan secara formal yang merupakan kelanjutan dari pada pendidikan dalam lingkungan keluarga mereka. Proses pendidikan di lingkungan sekolah sudah disusun secara formal, dan didata dengan berbagai bentuk pendidikan pengajaran, kurikulum yang relevan dan tujuan pendidikan itu sendiri. Adapun di lingkungan sekolah, hal-hal yang dapat mempengaruhi proses belajar anak atau siswa antara lain adalah metode mengajar, kurikulum, hbungan guru dengan siswa, fasilitas yang  tersedia dan sebagainya.
Dalam proses interaksi belajar mengajar di sekolah metode pendekatan mengajar yang digunakan guru memang peran penting. Sebab menanamkan kosep suatu ilmu diperlukan metode mengajar yang sesuai, terutama untuk memotivasikan anak dalam mengembangkan konsep-j\konsep yang telah disajikan apabila guru menyampaikan materi pelajaran dengan metode yang membosankan siswa, maka hanya akan menjadikan siswa malas belajar dengan guru tersebut. Hal ini akan berakibat terhadapa prestasi yang dicapai siswa, sejalan dengan dikemukakan oleh Slameto (1991: 67) :
“metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan guru kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menerangkan tidak jelas”.
c.       Masyarakat
Anak hidup dan berkembang dalam masyarakat. Maka segala yang dilihat dan dirasakan dalam pergaulan di masyarakat akan memberikan kesan yang mendalam pada diri anak dan mempengaruhi seluruh segi kehidupannya, termasuk di dalamnya kelangsungan pendidikan anak itu sendiri.
Apabila seorang anak hidup dalam masyarakat yang berpendidikan atau setidaknya mempunyai pandangan yang positif terhadap pendidikan, maka anak tersebut akan terarah ke dunia pendidikan dan akan berusaha untuk melanjutkan pendidikan. Akan tetapi sebaliknya apabila seorang anak hidup dalam lingkungan masyarakat yang tidak menghargai pendidikan maka besar kemungkinan anak akan gagal dalam pendidikan.
Salah satu pengaruh yang datang dari masyarakat adalah yang berasal dari mass media, sebagaimana yang dikemukakan oleh Slameto bahwa: “yang bertanggung jawab atas pendidikan anak tidak hanya guru dan orang tua, melainkan seluruh masyarakat”. Bagi took biku yang diam-diam menjual bacaan cabul, bioskop yang membolehkan anak-anak dibawah umur menonton film yang tidak sesuai dengan usianya, pemerintah kota yang tidak menyediakan lapangan olah raga, tetapi menggunakannya untuk gedung-gedung mereka semua tidak lari dari tanggung jawab itu.
Banyak bacaan, novel, majalah, Koran yang dapat dipertanggung jawabkan secara pendidikan. Kadang-kadang anak asyik membaca buku-buku yang bukan buku pelajaran, sehingga lupa akan tugas belajar, maka bacaan anak perlu diawasi dan diseleksi. Dari uraian di atas, bahwa masyarakat dapat menentukan apakah seorang anak akan berhasil atau gagal dalam pendidikannya. Apabila masyarakat bersikap masa bodoh terhadap pendidikan anak, maka anak mengalami kemunduran dan bahkan gagal dalam pendidikannya tetunya dalam jangkauan yang lebih luas merugikan masyarakat itu sendiri karena tidak ada tenaga terdidik dilingkungannya.

0 komentar:

Posting Komentar